Selasa, 26 Februari 2013

Keberadaan Intan Trisakti Yang Raib Tanpa Jejak

Diposkan oleh Mr. Brandallz
Intan Trisakti hanya meninggalkan sebuah nama bagi provinsi kalimantan selatan. memang dulu Intan Trisakti merupakan kebanggan bagi masyarakat kalimantan selatan, khususnya kota martapura. namun sekarang apalah arti dari sebuah sejarah penemuan tanpa ada hal yang dapat kita lihat dari bukti penemuan tersebut. tak seorang pun yang tau keberadaan pasti Intan Trisakti. Tak seorang pun yang dapat memperlihatkan bentuk asli Intan Trisakti, apakah bulat, lonjong, segitiga, atau kotak (segi empat). Intan Trisakti seakan lenyap tanpa jejak. saat ini masyarakat kalimantan selatan hanya bisa menerka bentuk Intan Trisakti dari cerita orang-orang terdahulu.


Intan Trisakti ditemukan pada tanggal 26 Agustus 1965 oleh sekelompok pendulang intan sebanyak 24 orang dibawah pimpinan H. Madslam. Lokasi penemuannya adalah di pendulangan intan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Banjar (sekarang Kota Banjarbaru), Kalimantan Selatan. Nama intan trisakti diberikan oleh Presiden Soekarno di Jakarta pada tanggal 2 September 1965.

Intan Trisakti merupakan intan terbesar yang pernah ditemukan pada saat itu, setelah perang dunia II. intan trisakti memiliki berat 166,75 karat. sampai saat ini intan trisakti merupakan intan terbesar yang pernah ditemukan di Indonesia. Intan adalah suatu batu permata dari hasil galian tambang yang diperoleh dari hasil penambangan dan nilainya sangat berharga, seperti emas, atau logam mulia, lainnya, walaupun nilainya di bawah emas.

Menurut cerita orang terdahulu yang pernah saya dengar awal menghilangnya jejak intan trisakti karena pemerintah, entah intan tersebut di jual ke luar negeri atau menghilang secara gaib, semuanya menjadi misteri yang tak pernah terjawab. dulu sewaktu penemuan intan trisakti terdengar heboh dimana-mana, pemerintah langsung membawa intan trisakti tersebut.

Kabarnya intan trisakti tidak dijual oleh para penemunya, tetapi dipersembahkan kepada presiden soekarno. atas jasa bakti persembahan intan trisakti kepada presiden soekarno pemerintah berjanji akan memberikan balas jasa yang sepadan kepada H. Madslam beserta 24 orang lainnya. balas jasa yang diberikan pemerintah pada saat itu adalah ongkos naik haji untuk para penemu intan beserta keluarganya, dan pejabat yang terlibat.

Menurut saya klo memang intan tersebut dihadiahkan kepada Presiden Soekarno, kenapa saat ini intan Trisakti tersebut tidak dapat lagi dilihat, sebenarnya intan trisakti dapat dijadikan salah satu aset negera. harusnya paling tidak intan tersebut di pajang di suatu tempat atau di simpan agar generasi selanjutnya dapat mengetahui secara pasti bagaimana intan trisakti itu

Hasanuddin HM, Pahlawan Ampera Banjarmasin

=========================================================
Tak Ada Pilihan Lain, Menjadi
Bangsa Indonesia atau Bangsa Asing
(Banjarmasin, 10 Pebruari 1966)
------------------------
AKSI tiga tuntutan rakyat atau Tritura, memang sebulan lebih lambat terjadinya dari Jakarta. Namun cerita heroisme kaum muda terutama mahasiswa dan pelajar, juga terjadi di Banjarmasin pada Pebruari tahun 1966. Dan inilah demonstrasi terbesar  Banua yang terjadi pada masa rezim orde lama Presiden Soekarno.
Secara umum ada 3 tuntutan yang diperjuangkan. Pertama; turunkan harga barang. Kedua; Bubarkan PKI. Dan ketiga;  bersihkan kabinet dari antek-antek komunis. Secara khusus di Banjarmasin, justru ada 2 tuntutan tambahan yakni stabilkan harga dan adili para tengkulak (cukong sembako). Mengapa? “Karena saat itu perekonomian di Banjarmasin sangat menyedihkan. Di mana-mana orang antre beli
beras, gula dan minyak tanah. Harga sembako pagi sekian, sorenya bisa naik 300 persen. Bahkan tingkat inflasi sangat tinggi mencapai 600 persen, “ papar Yusriansyah Aziz, eskponen 66 --sekarang ekonom Unlam. Lumpuhnya sektor perekonomian, merembet ke situasi politik yang disusupi Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (PKI) di Banjarmasin.  Sejumlah pentolan aktivis 66, melihat indikasi ini terekam dari Siaran Radio Swasta Viking Hsinhua di Pecinan (sekarang Jl.Pierre Tendean-seberang Siring Sabilal). “Hampir setiap hari, radio ini menyuarakan cerita propaganda dengan paham komunis. Di malam hari, mereka kerap menggelar pertunjukkan teater dan nyanyian-nyanyian untuk menghimpun massa,” kata Yusriansyah Aziz, dosen ekonomi Unlam. Kebijakan pemerintah yang mendua dengan melegalitaskan, status kewarnegaraan Indonesia dan Cina kala itu, juga mengumbar kecemburuan warga sipil. Kecurigaan aktivis angkatan 66 Banjarmasin pun memuncak terhadap eksistensi Gerakan 30 S/PKI di Banua, setelah Ketua Partai Komunis wilayah Kalsel, Aman Hanafiah mendesak Panglima Amir Mahmud, agar masuk Dewan Revolusi, bentukan Kolonel Untung. Di internal Kampus Unlam, keberadaan organisasi mahasiswa juga “diadu-asah.” Dari isu aktivis KAMI yang dituding anti revolusi, hingga penolakan mahasiswa terhadap Gerakan Komunis yang tidak disambut baik pemerintah. Akumulasi rentetan peristiwa ini, membuat mahasiswa dan pelajar tak ada pilihan selain turun ke jalan. 10 Pebruari 1966, seluruh kekuatan rakyat di Banjarmasin berkumpul di lapangan kantor gubernur –sekarang kawasan Sabilal Muhtadin. “Jumlahnya ada sekitar 15 ribuan orang saat itu. Mereka berasal dari sekitar 16 organisasi mahasiswa, pelajar dan kemasyarakatan, kecuali GMNI yang tidak ikut,” kata Yusriansyah Aziz, salah satu aktor demonstran. (*)